Cegah Bisnis Gulung Tikar Lewat Agility Leadership, Bisakah?


Satu kemungkinan, pemimpin tersebut menerapkan kemampuan agility dalam konsep bisnisnya.

Agility Leadership

Untuk sukses di dunia bisnis yang kian kompleks, pemimpin perlu bersikap adaptif dan berpikir inovatif. Apa yang sukses digunakan pada era sebelumnya dan sekarang, belum tentu memberi kesuksesan yang sama besar untuk ke depannya.

Bisnis dengan performa terbaik pasti memiliki pemimpin yang mampu mengikuti arus perubahan dan mampu bertahan dalam ketidakpastian. Satu kemungkinan, pemimpin tersebut menerapkan kemampuan agility dalam konsep bisnisnya.

Apa Itu Era Agility?

Situasi terkini memunculkan berbagai kemungkinan untuk bisnis, dan era agility hanya salah satu dari sekian yang menyeruak ke permukaan. Era ini ditandai dengan banyaknya ketidakpastian di semua lini bisnis, yang selanjutnya memicu banyak bisnis gulung tikar.

Semisal dibuat sederhana, era agility bisa dimaknai sebagai kondisi yang penuh ketidakpastian. Untuk dunia bisnis, ini tentu berbahaya karena efeknya bisa mematikan bisnis. Bahkan untuk perusahaan skala besar, potensi untuk menyudahi bisnisnya lebih dini tetap ada.

Pemimpin dituntut aktif turut serta mengelola situasi yang demikian rumit, tentunya dengan bekal agility skill. Kemampuan ini bisa diartikan sebagai kecakapan dalam mengelola aset yang dipunya sebagai solusi atas persoalan yang muncul pada situasi yang tak menentu.

Fakta menyatakan setidaknya 70% para eksekutif percaya jika model bisnis saat ini hanya bisa bertahan dalam lima tahun ke depan. Sementara bisnis yang dipimpin oleh sosok yang mampu mengeksekusi rencana dengan cepat, adaptif, inovatif, dan kreatif, tak hanya akan sukses tapi juga mampu berjaya di era disrupsi yang kian tak menentu.

Resep Sukses

Sudah disebut jika agility termasuk satu faktor kunci agar bisnis tetap sukses, tapi tak sesederhana itu. Hanya ada 15% pemimpin di semua sektor bisnis yang benar-benar punya kemampuan agility yang ideal, itu sebabnya hanya ada sedikit bisnis yang mampu bertahan di era disrupsi.

Di antara masalah yang sering menimpa pemimpin yaitu terlalu bergantung pada solusi masa lalu, punya banyak titik lemah dalam kemampuannya, tak mau mengembangkan kompetensi, gagal membangun koneksi, atau bahkan punya cara pandang berbeda pada satu solusi yang sama.

Agility merupakan kemampuan yang diperlukan pemimpin untuk menghilangkan semua sisi negatif tersebut. Setidaknya ada lima karakteristik utama yang bisa dimanfaatkan untuk menilai apakah satu pemimpin punya sifat agility dalam kepribadiannya.

Karakteristik tersebut juga bisa dijadikan parameter tentang sifat agility pemimpin. Bahwa pimpinan dituntut bersikap dinamis memang benar, sebabnya mengelola disrupsi bukan sesuatu yang mudah. Tak jarang kegagalan terjadi, dan kemampuan beradaptasi dengan strategi berbeda bisa menjadi pembeda di lingkungan bisnis yang konstan berubah.

Bagaimana Implementasinya?

Bisnis merupakan proses yang tak akan berhenti, dan konsumen akan selalu melangkah terlepas dari strategi bisnis yang digunakan. Itu berarti pemimpin harus mengimplementasikan strategi yang bersifat fleksibel agar tetap relevan dengan situasi yang penuh dengan disrupsi.

Struktur yang Agility

Satu dari empat komponen utama dalam perusahaan yaitu SDM yang menempati struktur tertentu. Agar bisnis mencapai level agility, struktur yang ada juga harus punya karakteristik yang diperlukan. Jadi tak melulu harus pimpinan yang punya karakteristik agility.

Menciptakan struktur yang penuh dengan agility harus dimulai dengan rencana matang dari berbagai tingkatan. Sinergi jelas dibutuhkan, karena pada dasarnya struktur dibuat untuk menopang perusahaan. Paling dasar, karyawan paham untuk apa mereka dipekerjakan.

Pemimpin kemudian akan mengidentifikasi semua struktur sesuai kebutuhan dan target yang dituju. Tentu semua ini harus disesuaikan dengan situasi yang sedang berkembang.

Mengubah Kepercayaan

Change the culture, change the game. Inilah prinsip yang akan mengubah bisnis dan lanskap industri keseluruhan. Budaya kerja tercipta karena semua entitas yang tergabung dalam perusahaan berkomitmen pada satu tujuan yang sama. Tapi bagaimana karyawan melakukan tugasnya akan dipengaruhi oleh keyakinan yang kemudian diterjemahkan dalam pola pikir dan pola kerja mereka.

Menjadi tugas pemimpin untuk mengubah sikap dan perilaku agar sesuai nilai-nilai perusahaan. Agility jelas diperlukan, walau implementasinya tak akan mudah, tapi efeknya bisa langsung berpengaruh pada semua aspek yang terlibat.

Ciptakan Keterikatan

Loyalitas memang diperlukan, tapi lebih dari itu, keterikatan satu sama lain bisa memberi perbedaan besar. Keterikatan yang dimaksud bukan sebatas antara perusahaan dan entitas yang terlibat di dalamnya, melainkan antar individu di tiap divisi masing-masing.

Budaya kerja sehat akan tercipta lewat keterikatan antar individu, sementara bisnis mampu bertahan karena loyalitas. Adalah tugas pemimpin untuk menginisiasi perubahan ini, dan kemampuan agility membuat proses lebih mudah.