Meningkatkan Produktivitas Organisasi dengan Manajemen Produktivitas Diri


Tahukah Anda, meningkatkan manajemen produktivitas diri bisa meningkatkan produktivitas organisasi? Hal ini diulas dalam buku The Missing 40 Percent.

Manajemen Produktivitas Diri

Siapapun yang saat ini tengah memimpin suatu organisasi atau unit kerja adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap produktivitas organisasi atau unit kerja tersebut.

Pertanyaannya, apakah organisasi atau unit kerja yang Anda pimpin sudah mencapai puncak produktivitasnya?

Jawabannya pasti “belum”, karena kalau “sudah” tugas Anda selanjutnya tinggal tiduran :)

Ada banyak cara meningkatkan produktivitas organisasi. Salah satunya dengan meningkatkan produktivitas diri masing-masing individu yang menjadi anggotanya.

Produktivitas individu sangat erat kaitannya dengan produktivitas organisasi. Pada beberapa kasus di perusahaan kelas dunia, organisasi yang mencoba memperbaiki produktivitas masing-masing individu anggotanya mengalami peningkatan produktivitas organisasi secara gemilang.

Tahukah Anda seberapa besar peningkatannya?

Tak tanggung-tanggung konon angkanya mencapai 40%. Benarkah demikian?

Inilah yang dibahas dalam buku “The Missing 40 Percent”.

Judul lengkapnya cukup panjang, yakni “The Missing 40 Percent, Filling the Gap between Ordinary and Superior Individual & Organizational Productivity”. Meskipun judulnya menggunakan bahasa Inggris, isi buku seluruhnya ditulis dalam bahasa Indonesia.

Penulisnya G. Suardhika, seorang trainer profesional yang berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam memberikan tema-tema kepemimpinan, coaching dan manajemen waktu.

Secara garis besar buku ini menceritakan tentang peningkatan produktivitas individu yang memacu produktivitas organisasi. Untuk meningkatkan produktivitas individu tersebut kuncinya adalah manajemen produktivitas diri.

Pembahasan manajemen produktivitas diri di buku ini ditulis dalam dua bagian.

Bagian pertama, berupa bahasan teoritis tentang produktivitas diri. Jangan buru-buru alergi dengan kata teoritis, karena bagian ini cukup singkat. Hanya membahas pokok-pokoknya saja. Namun meskipun singkat, sangat cukup untuk memberikan latar pengetahuan bagi pembaca tentang produktivitas diri yang dimaksud penulis.

Bagian kedua, berupa bunga rampai tulisan yang pernah dipublikasikan penulis dalam blog pribadinya. Pada bagian inilah penulis banyak mencurahkan buah pikirannya tentang manajemen produktivitas diri.

Pembahasan banyak mengambil kasus dari pengalaman panjang penulis selama menjadi trainer dan konsultan sumber daya manusia. Diramu dengan landasan teoritis yang cukup kuat.

Pada bagian ini pembaca dibawa mengenal makna tentang produktivitas diri. Kemudian diajak juga untuk mengamati manajemen produktivitas diri di tempat kerja. Mulai dari sikap kerja, mengelola beban kerja, hingga mengelola relasi.

Tak ketinggalan juga peran teknologi informasi dalam memacu produktivas diri. Bagian ini dijelaskan secara rinci hingga ke cara mengelola email, membuat task schedule, dan beberapa aplikasi untuk menujang produktivitas personal.

Di akhir buku ada beberapa tips yang dapat langsung dilakukan. Meski penulis tidak mau menganggapnya sebagai tips, menurut saya hal ini sangat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan “petuah” praktis.