Sekilas Tentang Perkembangan Manajemen Waktu


Manajemen waktu dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mengendalikan penggunaan waktu, sehingga kita dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Sejarah Manajemen Waktu

Manajemen waktu dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mengendalikan penggunaan waktu, sehingga kita dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Praktek manajemen waktu mungkin dapat dirunut mulai dari abad ke-18, ketika Benjamin Franklin, salah seorang pendiri Amerika Serikat, mengembangkan kebiasaan untuk menjadwalkan aktivitas sehari-harinya. Benjamin dikenal orang yang sangat produktif terkait profesinya sebagai negarawan, politisi, maupun ilmuwan.

Obsesi manusia terhadap keteraturan dan produktivitas mendapat momentumnya kembali pada awal abad ke-20. Berbagai buku tentang manajemen waktu dan berbagai bentuk format agenda bermunculan.

Buku-buku tersebut berkutat pada pengelolaan prioritas, penjadwalan, daftar tugas, dan seterusnya.

Pendekatan manajemen waktu biasanya dimulai dengan upaya menentukan target, menganalisis penggunaan waktu, dan menemukan hal-hal tidak penting. Kemudian dari data tersebut disusun jadwal aktivitas yang lebih optimal, serta mengevaluasinya.

Metode penyusunan jadwal kegiatan sehari-hari menjadi tools yang penting dalam manajemen waktu. Bahkan, menjadi suatu bisnis yang menguntungkan pada era tahun 90-an.

Praktek yang terus berkembang

Tak ada tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap pemahaman dalam area pengembangan diri, termasuk didalamnya manajemen waktu, selain Steven Covey. Dalam bukunya yang fenomenal, Seven Habits of Highly Effective People, Covey mengelompokkan tujuh kebiasaan efektif.

Kebiasaan yang ketiga dari tujuh kebiasaan yang dibahas Covey, yaitu First Think First, sebenarnya sudah diangkat dalam buku tersendiri pada tahun 1994 lima tahun sebelum buku Seven Habits diterbitkan.

Untuk menulis buku First Think First, Covey bersama dua penulis lainnya, A. Roger Merrill dan Rebeca Merrill, melakukan studi mendalam pada literatur manajemen waktu. Mereka menemukan kelompok pengguna manajemen waktu terbagi dalam tiga generasi.

Generasi pertama, menekankan pada pengingat akan apa yang akan dilakukan. Alat yang digunakannya notes dan check list.

Generasi kedua, menekankan pada perencanaan. Alat yang digunakannya kalender.

Generasi ketiga, menekankan pada perencanaan, pembuatan prioritas dan kontrol. Generasi ini menggunakan agenda yang mengintegrasikan antara value, goal, dan kalender.

Kemudian, dalam buku itu Covey menawarkan generasi keempat yang menekankan perlunya mengembangkan nilai-nilai yang sesuai dengan prinsip yang berlaku untuk diterapkan dalam agenda sehari-hari.

Pada tahun yang sama dengan terbitnya First Think First, tokoh lain Hyrum Smith, menerbitkan bulu The 10 Natural Laws of Successfull Time and Life Management. Smith membagi bukunya menjadi dua bagian, mengelola waktu dan mengelola hidup.

Smith menawarkan sebuah perspektif sederhana dalam mengelola hidup yang diuraikan menjadi model perilaku manusia. Menurutnya, perilaku manusia merupakan hasil dari belief system-nya. Bila ingin mengubah perilaku seseorang perlu mengubah belief system-nya. Pada tahun 2000, Smith mempertajam kerangka kerjanya lewat buku, What Matters Most.

Baik Covey maupun Smith telah mengembangkan tools daily planner berdasarkan konsep masing-masing. Namun Smith yang menuai kesuksesan finansial lebih awal lewat perusahaannya, Franklin Quest Co. Belakangan perusahaan tersebut merger dengan Covey Leadership Center, milik Steven Covey, menjadi Franklin Covey.

Tentunya praktek dan pemikiran mengenai manajemen waktu akan terus berkembang mengikuti bertambahnya pemahaman manusia modern.

Bagi mereka yang membutuhkan cara pandang yang mendasar dalam manajemen waktu, saya menyarankan untuk mempelajari tiga buku di atas yaitu First Think First dari Covey dan dua buku karya Smith tersebut.

Tulisan ini disadur dari buku The Missing 40 Percent.