Kemampuan negosiasi bisa diajarkan dalam suatu pelatihan, jadikan proses pelatihan negosiasi Anda efektif.
Telah bertahun-tahun kami telah menyelenggarakan pelatihan negosiasi. Secara umum training-training tersebut mendapatkan penilaian yang baik dari peserta. Tentu saja, penilaian tersebut didapatkan berkat kerja keras para trainer yang selalu update dengan perkembangan terkini.
Baru-baru ini Harvard Law School memberikan kiat-kiat yang bisa dilakukan dalam menjalankan pelatihan negosiasi agar hasilnya efektif. Cukup praktis, bisa langsung diaplikasikan saat Anda memberikan pelatihan.
Banyak perusahaan menghabiskan uang dengan jumlah yang tidak sedikit untuk memberikan pelatihan negosiasi kepada karyawannya. Pelatihan bisa diselenggarakan secara internal atau mengirim karyawan mengikuti kursus-kursus di tempat lain.
Namun banyak kasus ketika karyawan kembali ke kantor dan ingin menerapkan pengetahuan yang didapatkannya dalam pelatihan, berakhir dengan kegagalan dan frustasi. Mereka dengan cepat beralih ke kebiasaan lama meninggalkan praktik-praktik yang telah dipelajari.
Hal ini terjadi karena lingkungan kerja tidak dipersiapkan untuk menerima perubahan. Tim dalam perusahaan tidak berada dalam persespsi yang sama.
Gagalnya suatu negosiasi bisnis bisa disebabkan karena adanya kesalahan dalam proses yang dilaluinya. Tentunya kita ingin melupakan kesalahan itu dengan cepat. Namun jangan salah, kesalahan yang diperbuat bisa menjadi sumber pembelajaran di masa yang akan datang.
Para profesional bisnis bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi sebelumnya. Mempelajari kesalahan dalam proses negosiasi bisnis merupakan sumber pembelajaran yang praktis.
Persiapan sebelum masuk ke meja perundingan merupakan cara terbaik dalam melakukan negosiasi. Namun terkadang situasi berubah. Bisa saja Anda menghadapi lawan yang melakukan penawaran dengan hal yang tak terpikirkan sebelumnya.
Dampak penawaran yang diajukan lawan Anda bisa positif atau negatif. Satu hal yang harus dihindari jangan hanyut dalam permainan pihak lawan. Ajarkan melakukan cara membangun posisi tawar (bargaining) kepada tim Anda untuk mengatasi hal ini.
Dalam banyak hal, konflik kepentingan sangat mempengaruhi proses negosiasi. Bahkan negosiator paling andal pun sangat sulit untuk tidak memihak ketika berhadapan dengan konflik kepentingan. Alangkah baiknya, konflik kepentingan bisa dianalisis sebelum negosiasi dilakukan. Sehingga konflik kepentingan yang berpotensi menjadi titik lemah dalam negosiasi bisa dieliminasi.
Setiap negosiator harus bisa mengendalikan emosi dengan menyadari kondisi yang ada. Setiap negosiator harus bisa mengukur emosinya, apakah ia sedang berada pada titik mulai mendidih atau tidak.
Dalam pelatihan negosiasi, biasanya akan diajarkan untuk merasionalisasi segala bentuk emosi. Tujuannya agar negosiator tidak “meledak” ketika membicarakan hal-hal yang emosional.
Namun dalam praktiknya, keterlibatan intensitas emosional dalam negosiasi akan terlihat lebih natural. Dalam beberapa hal penekanan emosi bisa membantu.
Membangun relationship sangat berguna untuk mengungkap minat tersembunyi yang mungkin dimiliki pihak lawan. Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan , lalu dengarkan dengan penuh empati.
Bila Anda tidak memiliki empati yang cukup, jangan harap untuk mendapatkan respon yang jujur dari pihak lawan. Relationship dalam negosiasi bisa bersifat psikologis, ekonomi, politik atau reaksi individual sekalipun.
Bermain peran dapat membantu mengeksplorasi keterampilan negosiasi. Dalam bermain peran, peserta pelatihan bisa mempelajari situasi yang bisa muncul secara kreatif dari lawannya. Peserta akan terlatih untuk membuat keputusan-keputusan dengan cara yang kreatif.
Melakukan test dengan scoring akan membantu pelatih mengetahui tingkat pemahaman peserta pelatihan. Memang tingginya jumlah skor dalam ujian bukan hal ideal untuk mengetahui tingkat pemahaman seseorang. Tapi sangat membantu bila kita memiliki waktu yang terbatas.
Memberikan evaluasi terhadap peserta yang mengikuti pelatihan sangat penting. Tujuannya agar peserta tahu seberapa jauh tingkat pemahaman mereka terhadap hal-hal yang telah dipelajarinya.